Desa
Wisata Kerajinan Batik Kayu “ Krebet ” terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan
Pajangan, kurang lebih 12 km Barat Daya Kota Yogyakarta, berdekatan dengan
lokasi Obyek Wisata Goa Selarong. Di desa wisata ini wisatawan bisa tinggal di
homestay yang jauh dari hirukpikuk kota dan menyaksikan kehidupan keseharian
masyarakat penghasil kerajinan batik kayu ini. Berbagai produk kerajinan batik
kayu yang unik seperti topeng, tempat perhiasan, macam-macam patung binatang
(jerapah, kucing, musang dan angsa),
sandal, wayang orang kayu, wayang klitikan, dan lain sebagainya dapat dibeli
dengan harga murah di sini. Harganya mulai 2 ribu - 300 ribu, tergantung
pesanan dan bahannya. Contohnya, topeng, harganya berkisar 2 ribu - 30 ribu
(tergantung besar kecilnya barang). Untuk souvenir, misalnya pernikahan, harga
persatuannya Rp 2.000-2.500. Souvenir berbentuk, gantungan kunci, kaca/pengilon
dan pembatas buku.
Hal
menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar membatik
wayang dari kayu. Membatik dengan media wayang kayu tentu akan memberikan
sensasi yang berbeda. Proses membatik dengan media ini tentu akan lebih
membutuhkan ketelitian sebab polanya secara otomatis dibuat manual, tidak
dicetak seperti ketika membatik dengan media kain. Sensasi lain, motif yang
dipelajari selama belajar membuat wayang batik di dusun ini adalah motif klasik
Kraton, seperti parangrusak, parangbarong, kawung, garuda, sidomukti,
sidorahayu dan puluhan motif lain. Karena motif itulah, kerajinan wayang batik
di dusun ini terkenal dan diminati di pasar mancanegara.
Selain
belajar membatik wayang dari kayu, wisatawan juga bisa berlatih memanjat pohon
kelapa dan mengambil nira yang biasa digunakan sebagai bahan baku gula merah.
Wiatawan juga bisa mendapatkan paket tur keliling hutan jati dengan menggunakan
jeep. Saat lelah, wisatawan bisa menikmati hidangan khas dusun tersebut, berupa
sayur lodeh, gudeg manggar, tempe garit, peyek serta wedang legen.
Batik Kayu
|
Batik lazimnya ditorehkan di atas
kain, namun para pengrajin di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan
Pajangan, Bantul telah mengembangkan batik menggunakan media kayu. Topeng
kayu, miniatur binatang, dan pernik hiasan lainya dihiasi motif-motif batik dengan
proses layaknya membatik di atas kain. Jenis kayu yang digunakan sebagai
bahan dasar adalah kayu lunak diantaranya sengon, pule dan mahoni.
Kerajinan batik kayu ini menjadi icon dusun Krebet dan menjadi tulang punggung ekonomi. Menurut pengakuan Kemiskidi pemilik galeri kerajinan batik kayu Sanggar Peni yang juga kepala dusun (RW) setempat, setiap bulannya para pengrajin omsetnya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Batik kayu Krebet tidak hanya dipasarkan di dalam negeri seperti Bali, Jakarta, dan Surabaya namun telah menembus pasar mancanegara di Asia, Eropa dan timur tengah.
Dusun yang terletak di pegunungan
tandus sekitar 20 km dari Kota Yogyakarta ini sering diimbuhi embel-embel
desa wisata, ya,, karena di daerah ini menyimpan potensi wisata. Setiap tahun
digelar tradisi merti dusun dengan mengarak gunungan dan berbagai
ubo-rampenya keliling dusun, seperti yang dilaksanakan Sabtu, 23 Maret 2007
lalu.
Di Krebet juga disediakan
fasilitas home stay bagi yang ingin menginap dan merasakan atmosfer pedesaan,
jauh dari hiruk-pikuk kota. Menurut kepala desa setempat Sapto Sarosa,
beberapa waktu lalu sejumlah turis dari Jepang menginap di sini, selain
tertarik dengan kerajinan batik kayu, mereka menyukai suasana alami di
Krebet.
|
Asal-usul
Desa Wisata Krebet
Dahulu
pedusunan Krebet merupakan bentangan hutan yang berada di atas bukit Slarong,
dan belum memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk. Sedangkan
tumbuhan yang kemungkinan hanya tumbuhan semak-semak perdu dan beberapa kayu
yang pada waktu itu tidak berharga.
Lama-kelamaan
dari masyarakat seberang timur dan barat mencoba membuka hutan tersebut untuk
pertanian. Salah satu contoh dari keturunan warga Mangir pada waktu itu mangir
bedhah, kebanyakan warga menjadi bubar menyebar ke arah utara di sekitar
Triwidadi dan Sedayu. Kemudian salah satu nenek moyang kita adalah nenek Kasem
yang mencoba membuka hutan diperbukitan Slarong tersebut.
Untuk
menyebut tempat yang didatangi setiap hari atau supaya mudah bila ada
pertanyaan dari tetangga dimana beliau menggarap ladang, membuka lahan di dusun
ini ada tumbuhan terbesar dan mudah dipandang maka menyebut hutan tersebut
adalah pohon Krebet yang masih ada di perempatan dekat dengan Sanggar Punokawan
dan di Sendang Tirto Waluyo.
Sampai
sekarang masyarakat Triwidadi menyebut dusun Krebet masih dengan sebutan
“Ngalas” dari kata alas yang berarti hutan. Kedatangan orang – orang tersebut
untuk menggarap tanah untuk pertanian. Jadi pada waktu itu pertanian jadi
andalan. Tanaman yang berada pada waktu itu kebanyakan berupa polowijo, polo
kapendhem, polo gumantung, dan polo kasimpar. Buah andalan untuk sampingan pada
waktu itu adalah jambu kluthuk. Dalam perkiraan sampai sekarang lebih 6
keturunan kehidupan pencaharian sudah banyak percobaan.
Dari
pertanian kemudian sampai kerajinan hingga sekarang, kehidupan perubahan
pencarian dalam kurun waktu yang kurang jelas. Hasil pertanian dijual kepasar
terdekat pada waktu itu Pasar Negoro (Beringharjo). Pasar yang lebih dekat
yaitu Pasar Bantul dan pasar “adang – adangan” di tepi jalan menuju jalan besar
dengan transportasi jalan kaki.
Karena
pertanian sifatnya musiman dan hanya mengandalkan pengairan tadah hujan
sebagian warga sudah bisa membuat kerajinan yang berupa alat rumah tangga
seperti gayung air dari tempurung kelapa (siwar), sendok sayur (irus), takaran
beras (beruk), tempat minum jamu (cawik), dan sampai sekarang masih ada yang
melestarikan.
Sewaktu
bumi Krebet ini masih banyak ragam tanaman pernah masyarakat Krebet ini membuat
tunun bagor. Tenun Bagor terbuat dari daun gebang yang namanya “agel”.
Kerajinan ini sebatas sebagai kantong barang. Punahnya ini karena terdesak
kantong bagor plastik.
Kembali
awal asalmuasal hutan Krebet sebutan dengan menyebutkan salah satu pohon
sebagai bahasa sekarang maskot, maka dusun tersebut dinamakan Dukuh Krebet
sebab pada waktu itu banyak warga dari daerah sekitar kota Bantul yang
kemungkinan dulu Bantul masih Kademangan banyak yang dedukuh di Bukit Slarong.
Contoh
– contoh dusun sekitar Krebet juga menggunakan nama tumbuhan. Sebagai contoh
Pringgading (Bambu Kuning), Dadapbong, Serut, Kalinongko, Kalibogor,
Petung (Bambu Petung), Cikat Papat. Ini semua pasti untuk mengambil nama dengan
maskot tumbuhan yang paling gampang dimengerti pada waktu itu.
Kehidupan
mereka mayoritas bertani. Dalam dedukuh mereka, meraka banyak menjodohkan
keturunannya sampai beranak – pianak yang sampai kini keturunan dari warga
Krebetpun sudah berpencar sampai kepulau luar jawa, contoh Sumatra. Setelah
adanya pemerintahan yang menginventaris dusun ngadusun maka dusun tercinta kita
ini dinamakan Dukuh Krebet. Orang tua dulu mengatakan jaman perubahan status
tanah, kalau dulu namanya kata orang tua Klangsir dan tanah harus dipajak.
Kita
lanjutkan kehidupan masyarakat Krebet yang bertani, pengrajin, yang bertani
karena kepemilikan tanah luas yang pengrajin karena tanah pertanian sedikit
namun karena struktur tanah makin kehilangan kesuburan maka sebagian beliau
beralih ke pengrajin.
Sedangkan
jambu kluthuk yang dahulu menjadi buah andalan diperbukitan Slarong hilang
lebur karena sementara dulu Jambu Kluthuk harga bersaing dengan jambu kluthuk
jenis bangkok.
Pemuda
–pemuda Krebet pada tahun 80-an meniru jejak Bapak Gunjiar mencoba untuk
beralih ke kerajinan. Tahapan kerajinan dari seni topeng hingga kini menjadi
bermacam-macam jenis menurut pemesan atau pesanan konsumen, hingga sekarang
menjadi andalan kayu batik.
Tetap
melekat sampai sekarang acara-acara ritual budaya peninggalan nenek moyang yang
sebagian juga warisan budaya itu adalah warisan dari para raja sebagai
sumbernya, tapi juga memang dari tradisi nenek moyang yang sekarang masih
dilestarikan. Contoh bersih dusun, suran, Ruwahan, Selikuran. Sampai saat ini
istilah “buangan” yang dikemas sebagai rebutan oleh anak-anak diperempatan dan
bekas Planggrok selatan rumah kepala Dukuh dan Jurang Pulosari di Jurug. Kata
orang apabila hewan piaraan si penunggu Kedhung disitu melepas merpati di waktu
malam pertanda akan banyak orang yang makin sakit. Tapi itu Wallahu’allam,
boleh percaya boleh tidak.
Untuk
sekarang yang namanya kebun jambu kluthuk tinggal cerita kepada anak-anak
sekarang sebab tumbuhan jambu sudah berganti tumbuhan asam, jati, akasia,
sebagian mahoni yang hasilnya menanti sampai kayunya besar-besar.
Keadaan Geografis Desa Wisata Kebet
Dusun
Krebet terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan pajangan, kabupaten Bantul,
Yogyakarta, dan secara geografis terletak di Bukit Selarong di ujung utara
Kecamatan Pajangan yang berbatasan dengan Desa Guwosari, Triwidadi dan
Bangunjiwo.
Dusun
Krebet berpenduduk ±800 Jiwa dengan luas wilayah ±104 Ha. dan terbagi atas Lima
(5) Rukun Tetangga (RT) yang berupa tanah kapur dan terdiri atas tegalan dan
pekarangan yang membentang dari RT 01 sampai RT 05.
5 komentar:
Batik Kayu
tarif parkir dn tiket masuk berapa kak?
Biaya untuk ke tempat wisata ini berapa?
2000 untuk parkir dekat patung punokawan, kalau agak masuk kerumah penduduk gratis
gratis
Posting Komentar