Sabtu, 01 Desember 2012

DESA WISATA BATIK KAYU KREBET


Desa Wisata Kerajinan Batik Kayu “ Krebet ” terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, kurang lebih 12 km Barat Daya Kota Yogyakarta, berdekatan dengan lokasi Obyek Wisata Goa Selarong. Di desa wisata ini wisatawan bisa tinggal di homestay yang jauh dari hirukpikuk kota dan menyaksikan kehidupan keseharian masyarakat penghasil kerajinan batik kayu ini. Berbagai produk kerajinan batik kayu yang unik seperti topeng, tempat perhiasan, macam-macam patung binatang
(jerapah, kucing, musang dan angsa), sandal, wayang orang kayu, wayang klitikan, dan lain sebagainya dapat dibeli dengan harga murah di sini. Harganya mulai 2 ribu - 300 ribu, tergantung pesanan dan bahannya. Contohnya, topeng, harganya berkisar 2 ribu - 30 ribu (tergantung besar kecilnya barang). Untuk souvenir, misalnya pernikahan, harga persatuannya Rp 2.000-2.500. Souvenir berbentuk, gantungan kunci, kaca/pengilon dan pembatas buku.
Hal menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar membatik wayang dari kayu. Membatik dengan media wayang kayu tentu akan memberikan sensasi yang berbeda. Proses membatik dengan media ini tentu akan lebih membutuhkan ketelitian sebab polanya secara otomatis dibuat manual, tidak dicetak seperti ketika membatik dengan media kain. Sensasi lain, motif yang dipelajari selama belajar membuat wayang batik di dusun ini adalah motif klasik Kraton, seperti parangrusak, parangbarong, kawung, garuda, sidomukti, sidorahayu dan puluhan motif lain. Karena motif itulah, kerajinan wayang batik di dusun ini terkenal dan diminati di pasar mancanegara.
Selain belajar membatik wayang dari kayu, wisatawan juga bisa berlatih memanjat pohon kelapa dan mengambil nira yang biasa digunakan sebagai bahan baku gula merah. Wiatawan juga bisa mendapatkan paket tur keliling hutan jati dengan menggunakan jeep. Saat lelah, wisatawan bisa menikmati hidangan khas dusun tersebut, berupa sayur lodeh, gudeg manggar, tempe garit, peyek serta wedang legen.
Batik Kayu

Batik lazimnya ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul telah mengembangkan batik menggunakan media kayu. Topeng kayu, miniatur binatang, dan pernik hiasan lainya dihiasi motif-motif batik dengan proses layaknya membatik di atas kain. Jenis kayu yang digunakan sebagai bahan dasar adalah kayu lunak diantaranya sengon, pule dan mahoni.


Kerajinan batik kayu ini menjadi icon dusun Krebet dan menjadi tulang punggung ekonomi. Menurut pengakuan Kemiskidi pemilik galeri kerajinan batik kayu Sanggar Peni yang juga kepala dusun (RW) setempat, setiap bulannya para pengrajin omsetnya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Batik kayu Krebet tidak hanya dipasarkan di dalam negeri seperti Bali, Jakarta, dan Surabaya namun telah menembus pasar mancanegara di Asia, Eropa dan timur tengah.
Dusun yang terletak di pegunungan tandus sekitar 20 km dari Kota Yogyakarta ini sering diimbuhi embel-embel desa wisata, ya,, karena di daerah ini menyimpan potensi wisata. Setiap tahun digelar tradisi merti dusun dengan mengarak gunungan dan berbagai ubo-rampenya keliling dusun, seperti yang dilaksanakan Sabtu, 23 Maret 2007 lalu.
Di Krebet juga disediakan fasilitas home stay bagi yang ingin menginap dan merasakan atmosfer pedesaan, jauh dari hiruk-pikuk kota. Menurut kepala desa setempat Sapto Sarosa, beberapa waktu lalu sejumlah turis dari Jepang menginap di sini, selain tertarik dengan kerajinan batik kayu, mereka menyukai suasana alami di Krebet.
Asal-usul Desa Wisata Krebet
Dahulu pedusunan Krebet merupakan bentangan hutan yang berada di atas bukit Slarong, dan belum memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk. Sedangkan tumbuhan yang kemungkinan hanya tumbuhan semak-semak perdu dan beberapa kayu yang pada waktu itu tidak berharga.
Lama-kelamaan dari masyarakat seberang timur dan barat mencoba membuka hutan tersebut untuk pertanian. Salah satu contoh dari keturunan warga Mangir pada waktu itu mangir bedhah, kebanyakan warga menjadi bubar  menyebar ke arah utara di sekitar Triwidadi dan Sedayu. Kemudian salah satu nenek moyang kita adalah nenek Kasem yang mencoba membuka hutan diperbukitan Slarong tersebut.
Untuk menyebut tempat yang didatangi setiap hari atau supaya mudah bila ada pertanyaan dari tetangga dimana beliau menggarap ladang, membuka lahan di dusun ini ada tumbuhan terbesar dan mudah dipandang maka menyebut hutan tersebut adalah pohon Krebet yang masih ada di perempatan dekat dengan Sanggar Punokawan dan di Sendang Tirto Waluyo.
Sampai sekarang masyarakat Triwidadi menyebut dusun Krebet masih dengan sebutan “Ngalas” dari kata alas yang berarti hutan. Kedatangan orang – orang tersebut untuk menggarap tanah untuk pertanian. Jadi pada waktu itu pertanian jadi andalan. Tanaman yang berada pada waktu itu kebanyakan berupa polowijo, polo kapendhem, polo gumantung, dan polo kasimpar. Buah andalan untuk sampingan pada waktu itu adalah jambu kluthuk. Dalam perkiraan sampai sekarang lebih 6 keturunan kehidupan pencaharian sudah banyak percobaan.
Dari pertanian kemudian sampai kerajinan hingga sekarang, kehidupan perubahan pencarian dalam kurun waktu yang kurang jelas. Hasil pertanian dijual kepasar terdekat pada waktu itu Pasar Negoro (Beringharjo). Pasar yang lebih dekat yaitu Pasar Bantul dan pasar “adang – adangan” di tepi jalan menuju jalan besar dengan transportasi jalan kaki.
Karena pertanian sifatnya musiman dan hanya mengandalkan pengairan tadah hujan sebagian warga sudah bisa membuat kerajinan yang berupa alat rumah tangga seperti gayung air dari tempurung kelapa (siwar), sendok sayur (irus), takaran beras (beruk), tempat minum jamu (cawik), dan sampai sekarang masih ada yang melestarikan.
Sewaktu bumi Krebet ini masih banyak ragam tanaman pernah masyarakat Krebet ini membuat tunun bagor. Tenun Bagor terbuat dari daun gebang yang namanya “agel”. Kerajinan ini sebatas sebagai kantong barang. Punahnya ini karena terdesak kantong bagor plastik.
Kembali awal asalmuasal hutan Krebet sebutan dengan menyebutkan salah satu pohon sebagai bahasa sekarang maskot, maka dusun tersebut dinamakan Dukuh Krebet sebab pada waktu itu banyak warga dari daerah sekitar kota Bantul yang kemungkinan dulu Bantul masih Kademangan banyak yang dedukuh di Bukit Slarong.
Contoh – contoh dusun sekitar Krebet juga menggunakan nama tumbuhan. Sebagai contoh Pringgading (Bambu Kuning), Dadapbong, Serut,  Kalinongko, Kalibogor, Petung (Bambu Petung), Cikat Papat. Ini semua pasti untuk mengambil nama dengan maskot tumbuhan yang paling gampang dimengerti pada waktu itu.
Kehidupan mereka mayoritas bertani. Dalam dedukuh mereka, meraka banyak menjodohkan keturunannya sampai beranak – pianak yang sampai kini keturunan dari warga Krebetpun sudah berpencar sampai kepulau luar jawa, contoh Sumatra. Setelah adanya pemerintahan yang menginventaris dusun ngadusun maka dusun tercinta kita ini dinamakan Dukuh Krebet. Orang tua dulu mengatakan jaman perubahan status tanah, kalau dulu namanya kata orang tua Klangsir dan tanah harus dipajak.
Kita lanjutkan kehidupan masyarakat Krebet yang bertani, pengrajin, yang bertani karena kepemilikan tanah luas yang pengrajin karena tanah pertanian sedikit namun karena struktur tanah makin kehilangan kesuburan maka sebagian beliau beralih ke pengrajin.
Sedangkan jambu kluthuk yang dahulu menjadi buah andalan diperbukitan Slarong hilang lebur karena sementara dulu Jambu Kluthuk harga bersaing dengan jambu kluthuk jenis bangkok.
Pemuda –pemuda Krebet pada tahun 80-an meniru jejak Bapak Gunjiar mencoba untuk beralih ke kerajinan. Tahapan kerajinan dari seni topeng hingga kini menjadi bermacam-macam jenis menurut pemesan atau pesanan konsumen, hingga sekarang menjadi andalan kayu batik.
Tetap melekat sampai sekarang acara-acara ritual budaya peninggalan nenek moyang yang sebagian juga warisan budaya itu adalah warisan dari para raja sebagai sumbernya, tapi juga memang dari tradisi nenek moyang yang sekarang masih dilestarikan. Contoh bersih dusun, suran, Ruwahan, Selikuran. Sampai saat ini istilah “buangan” yang dikemas sebagai rebutan oleh anak-anak diperempatan dan bekas Planggrok selatan rumah kepala Dukuh dan Jurang Pulosari di Jurug. Kata orang apabila hewan piaraan si penunggu Kedhung disitu melepas merpati di waktu malam pertanda akan banyak orang yang makin sakit. Tapi itu Wallahu’allam, boleh percaya boleh tidak.
Untuk sekarang yang namanya kebun jambu kluthuk tinggal cerita kepada anak-anak sekarang sebab tumbuhan jambu sudah berganti tumbuhan asam, jati, akasia, sebagian mahoni yang hasilnya menanti sampai kayunya besar-besar.
Keadaan Geografis Desa Wisata Kebet
Dusun Krebet terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan pajangan, kabupaten Bantul, Yogyakarta, dan secara geografis terletak di Bukit Selarong di ujung utara Kecamatan Pajangan yang berbatasan dengan Desa Guwosari, Triwidadi dan Bangunjiwo.
Dusun Krebet berpenduduk ±800 Jiwa dengan luas wilayah ±104 Ha. dan terbagi atas Lima (5) Rukun Tetangga (RT) yang berupa tanah kapur dan terdiri atas tegalan dan pekarangan yang membentang dari RT 01 sampai RT 05.
Peta Menuju Krebet
http://krebet.com/images/stories/peta.jpg

5 komentar:

Posting Komentar