Minggu, 02 Desember 2012

DESA KERAJIANA KULIT MANDING

Sentra Kerajinan Kulit Desa Manding, Sediakan Berbagai Macam Aksesoris Kulit

Aksesoris berbahan dasar kulit memang digandrungi oleh banyak orang. Jogja yang menjadi daerah sarat dengan barang kerajianan tentu saja mempunyai sentra kerajinan kulit sendiri. Jogja memiliki beberapa daerah yang menjadi sentra kerajinan kulit, di antaranya Pucung, Bantul sebagai sentra kerajinan wayang kulit dan Manding, tepatnya Desa Sabdodadi, Bantul sebagai pusat aksesoris dari berbahan dasar kulit.
Tak kalah dengan Cibaduyut di Bandung dan Tanggulangin di Jawa Timur yang juga sebagai daerah sentra aksesoris dari kulit, di Manding kita bisa menemukan banyak toko kerajinan kulit di sebelah kanan-kiri jalan. Untuk bisa mencapai pusat aksesoris kulit ini, ikuti saja Jl. Parangtritis, keluar dari Ringroad, setelah traffic light ke-2 belok ke kanan. Nah, silakan memilih toko mana yang diminati.

Aksesoris yang ditawarkan di daerah ini antara lain dompet, sepatu, tas, sabuk, jaket, dan souvenir-souvenir berbahan kulit sesuai pesanan. Kebanyakan aksesoris di daerah ini berasal dari kulit sapi dan masih diproduksi secara rumahan, seperti dalam proses memola, menggunting dan menjahit. Dengan mempekerjakan beberapa orang karyawan, pengrajin mampu membuka toko dan menjual sendiri barangnya. Tak heran jika sepanjang jalan, hampir semua rumah berfungsi sebagai showroom juga.
Daerah ini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke daerah Bantul, sekaligus sekedar mencari oleh-oleh untuk keluarga. Selain itu juga banyak masyarakat Jogja yang memilih Manding sebagi tempat untuk membeli sepatu, terutama sepatu kerja, karena selain harga yang terjangkau, kualitasnya juga tidak mengecewakan.
Berbagai aksesoris kulit sapi ini dijual dengan harga yang beragam, mulai Rp 10.000-an hingga ratusan ribu. Sedangkan untuk desain, selain membeli yang sudah ada, kita juga bisa memesannya sesuai keinginan. Tak hanya dipasarkan di showroom di Manding dan di berbagai wilayah Jogja, aksesoris dari kulit sapi ini telah mampu menembus pasar luar Jogja seperti Jakarta, Solo, Semarang dan Bali, bahkan diekspor hingga ke Australia.
Setelah gempa, para pengrajin di desa ini membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa membangun usahanya lagi. Selain karena banyak peralatan yang tertimpa reruntuhan, biaya untuk memeperbaiki peralatan juga cukup besar. Oleh karena itu, hingga kini, pengrajin belum mampu berproduksi seutuhnya seperti sebelum gempa.

Para pengrajin kulit sapi ini mempunyai paguyuban, salah satunya Paguyuban Setyo Rukun yang menaungi lebih dari 30 pengrajin. Paguyuban ini turut serta membantu dalam meningkatkan pemasaran dan produksi para pengrajin, diantaranya dengan melayani simpan pinjam.
Seiring dengan ketatnya persaingan, produksi aksesoris kulit Manding ini sedikit tergeser dengan banyaknya barang impor yang masuk. Ini membuat kerajinan kulit ini menjadi kehilangan pasar. Untuk mencoba mengatasi permasalahan tersebut, paguyuban ikut mendukung terutama dalam peningkatan kualitas barang dan berbagai inovasi kerajinan dan aksesoris dari kulit sapi tersebut




0 komentar:

Posting Komentar