Anda yang pernah tinggal di Yogyakarta, tentu takkan bisa
melupakan nuansa akrab di Alun-alun Kidul. Di tengah malam bersama teman
kuliah, anda mungkin pernah duduk di tikar yang tersedia di warung sekitar
sambil berbincang tentang tugas kuliah hingga adik kelas pujaan. Bisa jadi pula
anda sering menikmati kehangatan minuman sambil bercengkrama dengan tetangga
sekampung atau rekan sekerja semasa di Yogyakarta.
YogYES mengajak anda mengenang semua memori itu dan
berkunjung lagi ke Yogyakarta untuk menyapa teman dan merasakan lagi nuansa
Alun-Alun Kidul. Bagi yang belum pernah ke Yogyakarta, tulisan ini akan
memperkenalkan kehangatan dan keakraban kawasan yang sering disingkat dengan
nama Alkid ini. Anda akan tahu bahwa nuansa Alun-Alun Kidul bisa dinikmati
siapa pun tanpa kenal status sosial dan menjadi semakin ramai ketika malam
menjelang.
Alun-Alun Kidul merupakan wilayah di belakang kompleks
bangunan Kraton Yogyakarta yang bisa dijangkau dengan berjalan ke arah selatan
dari Sentra Makanan Khas Gudeg Wijilan. Disimbolkan dengan gajah yang memiliki
watak tenang, Alun-Alun Kidul merupakan penyeimbang Alun-Alun Utara yang
memiliki watak ribut. Karenanya, Alun-Alun Kidul dianggap tempat palereman
(istirahat) para Dewa. Dan jelas kini sudah menjadi tempat ngleremke ati
(menenangkan hati) bagi banyak orang.
Pukul lima sore adalah awal keramaian Alun-Alun Kidul.
Tenda-tenda pedagang mulai didirikan dan bahan makanan atau minuman yang akan
dijajakan pun disiapkan. Begitu gelap, anda bisa mulai menjajal makanan dan
minuman yang dijajakan. Bila berjalan ke salah satu sudutnya, anda akan
menemukan kedai ronde, sebuah minuman berkomposisi wedang jahe, kacang, kolang
kaling dan bulatan dari tepung beras berisi gula jawa cair yang hangat.
Harganya pun cukup murah, hanya sekitar Rp 2.500,00.
Tak jauh dari penjaja ronde, anda akan menemukan penjual
wedang bajigur. Walau tetap menyuguhkan minuman bercitarasa jahe, namun
komposisi minuman itu tetap berbeda. Kuah wedang bajigur terbuat dari santan
kelapa, jahe, bubuk kopi dan sirup gula jawa. Biasanya, wedang itu diisi irisan
roti tawar, kelapa yang diiris kotak dan kolang-kaling. Kehangatannya bisa
menyapu dinginnya malam dan meramaikan suasana berkumpul anda.
Jika lapar, anda juga dapat menyantap berbagai hidangan.
Bebakaran seperti jagung bakar, pisang bakar dan roti bakar adalah teman yang
tepat jika anda memesan wedang bajigur. Jagung bakar yang dijual di sini
dibakar dengan mentega dan saus sambal hingga matang namun tak gosong,
sementara pisang bakarnya diberi coklat yang akan melumer jika dibakar.
Keduanya benar-benar mampu memanjakan lidah. Roti bakarnya pun tersedia dalam
ragam rasa sehingga mampu menggugah selera.
Pilihan lauk bila ingin bersantap dengan nasi juga tersedia.
Ayam bakar, berbagai macam ikan bakar hingga tempe tersedia. Masakannya mungkin
biasa, tetapi bila mampu menjadikan nuansa alun-alun kidul sebagai bumbu
masakannya, tentu akan menjadi luar biasa. Dengan konsep lesehan, umumnya
warung makan di kawasan alun-alun ini menjajakan makanan dengan harga tak
mahal. Anda bisa kenyang dengan hanya mengeluarkan Rp 5000,00 saja.
Usai memanjakan lidah, anda bisa mencoba atraksi yang
dinamai Masangin, yaitu melewati jalan antara dua beringin yang ada di tengah
alun-alun dengan mata ditutup kain hitam. Konon, jika orang mampu melewatinya
dan tak serong atau menabrak maka ia akan mendapat berkah tak terhingga. Tapi,
jangan mencoba untuk mengintip, sebab jika dilakukan anda akan masuk ke dunia
lain. Anda akan mendapati alun-alun dalam keadaan sepi dan sulit untuk kembali
ke alam nyata lagi.Untuk mencobanya, anda cukup menyewa kain hitam seharga Rp 3.000,00.
Anda juga bisa berbincang dengan salah satu penyewa kain
hitam bernama Albertus Harjo Suwito yang telah menjadikan alun-Alun Kidul
sebagai tempat mencari nafkah selama 30 tahun. Menurutnya, usaha persewaan kain
hitam tak cuma bisnis tetapi juga bentuk pelestarian budaya dan kepercayaan
masyarakat jaman dahulu. Ritual melewati dua pohon beringin yang disebutnya
Ngalah Berkah itu bukanlah takhayul, tetapi sebuah sarana untuk menghantarkan
permohonan pada Tuhan. Terkabul atau tidaknya tergantung pada Sang Kuasa.
Di waktu-waktu tertentu, anda dapat melihat pagelaran wayang
di Sasono Hinggil Dwi Abad. Namun, untuk melihatnya anda perlu persiapan karena
umumnya wayang digelar semalam suntuk. Anda juga dapat melihat persiapan para
prajurit kraton untuk merayakan Grebeg (perayaan memperingati Maulud Nabi). Di
alun-alun inilah semua prajurit berkumpul untuk melaksanakan gladi resik sehari
sebelum perayaan dan berangkat ke alun-alun utara pada hari perayaan.
Selain malam hari, anda juga bisa mengunjungi alun-alun ini,
tentu untuk menyaksikan sesuatu yang berbeda. Anda bisa melihat gajah kraton di
Kandang Gajah di siang hari atau melihat pertandingan sepak bola anak-anak dan
remaja sekitar alun-alun di sore hari. Di pinggir alun-alun ini pula saat siang
banyak pedagang klithikan yang berjualan. Anda bisa berburu barang-barang antik
di situ.